top of page

Lagi-lagi Ketemu Pria Idaman(3 dari 5)

Sebelum aku cerita tentang ketemu pria idaman di Schiphol, mending aku cerita tentang kebutuhan lainnya yang aku butuhkan saat aku sampai di Jakarta nanti. Kalo ada kota yang ingin kuhindari untuk karantina, adalah Jakarta. Nah cari hotel ini lumayan suatu hallenge buat aku karena sering dengar berita negatif tentang orang yang ditipu, tentunya kita harus tetap hati-hati. Ada beberapa website baik dari kementrian dan website lain yang memberikan informasi bahkan penawaran hotel karantina di Jakarta.

  • Keluaran imigrasi Singapore: sini . Kalo kamu lihat baik-baik, banyak dari hotel-hotel ini contact personnya sama, bernama Sandy. WAku ke mas atau mbak Sandy gak dijawab.

  • Klook: website baru semacam booking.com tapi gak secanggih, karena kita masih harus contact langsung hotelnya. Tapi sangat berguna karena bisa cek harga beberapa hotel.

  • Ada beberapa website lain yang juga aku cek infonya, cara lain adalah dengan search lewat google image dengan “hotel quarrantine jakarta” atau “repatriation hotel jakarta” bisa liat fliersnya.

Tips hotel

  1. Aku sarankan untuk cek hotel langsung dari hotelnya dan tanyakan juga ketersediannya, karena siapa tahu sudah full untuk harga yang kamu mau.

  2. Pastikan harga sudah termasuk 2x PCR dan jemputan, karena ada beberapa hotel yang charge extra untuk PCR. Biasanya sudah termasuk: 8 hari 7 malam, 2x PCR, jemputan dari bandara, loundry 5 potong per hari, 3x makan.

Harga mulai Rp. 6,5JT all incl. sampai sedalam dompet dan fantasi kamu. Ahirnya aku pilih hotel yang ukurannya lumayan (24m2), dekat airport dan harganya masih terjangkau, Sahid Mutiara Karawaci, seharga Rp.6,5JT all incl.

Eeeh….. setelah aku booking, harganya langsung naik keesokan harinya menjadi Rp.9JT. Aku jawab dengan sopan, terima kasih mbak, tapi aku sudah booking lewat kolega mbak. Tuh kan….beruntung lagi.


Untuk booking hotel dimintga berbagai macam syarat sbb:

Foto pasport Tiket pesawat Kitas/Kitap (WNA) KTP (WNI) Sertifikat Vaksin (complete dose) (print!) Alamat Email No Handphone Hasil pcr tes dari negara asal (print!)


Tinggal berangkat aja, hari Sabtunya aku berangkat menggunakan Qatar Airways. Kali ini aku bisa dibilang ditipu oleh sodara sendiri saat di Airport Soekarno Hatta, sangat kusayangkan, betapa murahnya martabat diganti dengan uang receh. Ceritanya begini…..

Di Schiphol

Aku tiba sekitar 4 jam sebelum penerbangan karena diingatkan untuk tiba 3-4 jam sebelumnya berhubung peraturan Covid-19. Saat tiba yang antri sudah lebih dari 150 orang, bayangin tuh. Tiap orang harus dicek menuju negara mana dan apa orang tersebut sudah memenuhi syarat yang diwajibkan oleh negara tujuan. Pantesan aja antrinya panjang dan lama meski hampir tiap counter buka.

Setelah Jam lebih ngantri ahirnya tiba waktuku, pegawainya belum yakin dengan visaku karena dilembaran yang dia punya tidak ada jebis visaku, hanya yang punya ITAS, KITAs, visa diplomat dan beberapa jenis visa lainnya. Supervisernya harus memberikan go or no go, ahirnya setelah melihat surat dari ambasade aku diijinkan, oh yah, saat dapet visa, juga dilampirkan surat pengantar dari ambasade dan ini betul-betul diminta nanti di Indonesia juga.


Tips: print bukti PCR dan vaksin kamu dirumah karena kalau print Swissport harganya €4,5 per lembar A4. Bayangin tuh 4 lembar 😁. Ahirnya aku modifikasi dulu dokumenku yang sebetulnya 4 lembar aku jadikan 2 lembar, ngirit pikirku…..ahahahh hemat dan baik untuk lingkungan. Masak sih di jaman digital ini masih diminta kertas, bukannya malah lebih rawan menyebarkan virus heheheheh. Tapi mbak di check-in counter Qatar bilang, akan diminta nanti di Indonesia, makanya print aja dulu disana.

Alhamdulillah, lagi-lagi dimudahkan, si mbak berambut pirang itu bilang, sudah gak papa, katanya. Aku sampai ulangi lagi, boleh saya ngepin? Dia jawab lagi, sudah gak papa. Wow!!! Dank u wel mevrouw.!!!! Heel erg bedankt! kataku berterima kasih karena diberi gratis.



Pria idaman penjaga Schiphol

Saat paling mengesankan buatku adalah setiap kali aku lewat imigrasi Schiphol, pintu keluar dan masuk negara ‘ceper’ alias datar ini. Gimana nggak, yang menjaga selalu anak-anak muda yang ganteng, tegap, tinggi, gak senyumpun kelihatan ramah bagiku. Mungkin ada benernya juga saat seorang teman yang pernah berkunjung di Belanda bilang, semua orang kulit putih ganteng disana. Saat itu bayanganku bagai kehilangan kunci dan berkali-kali mencari ke tempat yang sama tapi gak ketemu…wkwkwkkw….are you crazy? Yang mana yah?!!? Perasaan banyak juga yang gak ganteng, husss…udah deh gak perlu dibahas heheheh.


Yang jelas pegawai imigrasi Belanda (Koningkelijk Marechaussee) yang berkulit hitam, putih, coklat, kuning semua pada punya postur tubuh yang sama, gagah dan menawan. Mungkin kalau lelaki saat di surga akan ditemukan oleh bidadari-bidadari yang cantik, wanitanya akan ditemukan dengan pegawai-pegawai imigrasi Belanda 😂.


Di blog selanjutnya akan kuceritakan pengalaman mengecewakan di depan airport Jakarta

Single Post: Blog_Single_Post_Widget
bottom of page